Skip to content
News Center >

Pertumbuhan Belanja Iklan 2017 Bergerak Positif Namun Melambat

6 minute read | Mila Lubis | February 2018
{“order”:3,”name”:”pubdate”,”attributes”:{“hidePublishDate”:”true”,”jcr:mixinTypes”:”[cq:LiveRelationship]”,”sling:resourceType”:”nielsenglobal/components/content/publishdate”},”children”:null}

Pesan untuk Jurnalis dan Editor:

• Nielsen sangat menyarankan jurnalis dan editor untuk mencantumkan secara singkat metodologi riset Nielsen dalam berita, bilamana merujuk data Nielsen sebagai sumber informasi.

• Untuk menghindari ketidak-­‐tepatan dalam menggunakan referensi data Nielsen, silahkan menghubungi  kontak  Nielsen  diatas  untuk  klarifikasi informasi.

• Nielsen memiliki hak jawab untuk ketidak-­‐tepatan penggunaan data Nielsen dalam pemberitaan.

Pertumbuhan Belanja Iklan 2017 Bergerak Positif Namun Melambat

Pengiklan dari sektor Properti, Meikarta, menjadi pengiklan terbesar sepanjang tahun 2017
Gelaran Piala Dunia berpengaruh kepada total belanja iklan

Jakarta, 1 Februari 2018 – Pertumbuhan belanja iklan menunjukkan trend yang positif dari tahun ke tahun. Total belanja iklan tahun 2017 meningkat 8% dari tahun sebelumnya dengan nilai yang mencapai Rp 145.Triliun. Pertumbuhan nilai ini lebih didorong oleh kenaikan harga gross rate iklan di masing-masing media. Demikian menurut hasil temuan Nielsen Ad Intel yang dirilis hari ini oleh Nielsen Indonesia.

Porsi belanja iklan sepanjang 2017 masih didominasi oleh media TV sebesar 80% dari total belanja iklan yang tumbuh 12% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara porsi belanja iklan di media cetak menunjukkan trend penurunan seiring dengan berkurangnya media cetak yang beroperasi.

Untuk sektor-sektor di Produk Cepat Habis (FMCG), semua sektor mengalami pertumbuhan belanja iklan yang positif. Belanja iklan di kategori Perawatan Pribadi adalah yang terbesar yaitu mencapai Rp 24,9 Triliun dan naik 21% dibandingkan periode sebelumnya. Disusul kategori Minuman dengan total belanja iklan Rp 21, 6 Triliun, dan kategori Makanan dengan total belanja iklan Rp 19, 1 Triliun dan meningkat sebesar 12% dibandingkan tahun 2016.

Sementara itu beberapa sektor di luar Produk Cepat Habis (Non-FMCG) juga menunjukkan trend positif pada belanja iklan sepanjang tahun 2017. Pertumbuhan yang sangat terlihat adalah dari sektor Properti (62%) dan Kategori Telekomunikasi dan Digital (30%) dengan total belanja iklan sepanjang tahun 2017 masing-masing mencapai Rp 4,1 Triliun dan Rp 13, 3 Triliun. Sementara di sisi lain sektor Rokok mengalami penurunan sebesar 17% sehingga nilai belanja iklannya mencapai Rp 5,4 Triliun.

Sepanjang tahun 2017, jajaran merek-merek produk dengan belanja iklan tertinggi juga menunjukkan pertumbuhan yang positif. Meikarta menjadi merek dengan belanja iklan tertinggi sepanjang 2017 dengan total belanja iklan lebih dari Rp 1,5 Triliun. Disusul Traveloka dengan total belanja iklan mencapai Rp 1,2 Triliun dan meningkat 65%. Pengiklan terbesar ketiga adalah Indomie dengan total belanja iklan sebesar Rp 981. 5 Miliar dengan pertumbuhan 25%. Di urutan keempat adalah Vivo Smartphone yang aktif beriklan dibandingkan tahun 2016 dengan 577% peningkatan menjadi Rp 823, 5 Miliar.

“Untuk sektor Properti, belanja iklan dari Meikarta ini memang belum pernah kita lihat sebelumnya. Selain itu, maraknya pelaku bisnis digital khususnya e-commerce masih terus terjadi terlihat dari terus meningkatnya aktifitas beriklan dari pemain industri e-commerce di media konvensional seperti TV”, kata Hellen Katherina, Executive Director, Head of Media Business, Nielsen Indonesia.

Dari jajaran institusi pemerintahan, Kementerian Kesehatan juga masuk dalam daftar pengiklan terbesar di tahun 2017 di urutan ke tujuh dengan total belanja iklan Rp 702 Milyar. Bersaing dengan Vivo, Samsung Smartphone juga masuk dalam jajaran pengiklan tertinggi dengan menghabiskan belanja iklan sebesar Rp 640 Miliar dan tumbuh 28%.

Peluang Beriklan di Momentum Piala Dunia

Di tahun 2018, perhelatan besar Piala Dunia akan menjadi momen yang dinanti-nantikan bukan hanya bagi para penikmat sepak bola tetapi juga pelaku industri bisnis. Mengingat kembali momen piala dunia sebelumnya, ternyata momen piala dunia ini cukup berpengaruh terhadap tren belanja iklan.

Nielsen Ad Intel mencatat pada Piala Dunia 2010, secara keseluruhan mendorong total belanja iklan lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan di luar pelaksanaan tayangan Piala Dunia 2010. Tercatat di bulan Juni 2010 dan Juli 2010 total belanja iklan masing-masing mencapai Rp 3,1 Triliun, relatif lebih tinggi dari bulan-bulan lainnya di sepanjang tahun 2010.

Selama periode Piala Dunia FIFA 2010 (11 Juni-11 Juli 2010), total belanja iklan yang tayang pada progam-program pertandingan Piala Dunia saja mencapai Rp 695 Miliar dengan jumlah spot iklan sebanyak 10.541 spot iklan.  Dari sisi kategori produk, kategori produk Iklan Korporasi menjadi pengiklan terbesar dengan total belanja iklan Rp 116,8 Miliar, diikuti oleh kategori Rokok Kretek dengan belanja iklan sebesar Rp 104,1 Miliar. Kategori Telekomunikasi berada di urutan ke tiga dengan total belanja iklan mencapai Rp 85,3 Miliar. Sementara itu, kategori Minuman Kesehatan dan Makanan/Mie Instan berada di urutan berikutnya, masing-masing dengan total belanja iklan Rp 64,9 Miliar dan Rp 30,2 Miliar.

Gudang Garam menjadi sponsor utama dalam gelaran Piala Dunia 2010, terlihat dari nilai belanja iklan tidak saja melalui produknya Gudang Garam International tetapi juga Intersport. Intersport menayangkan iklan-iklan dengan tema Piala Dunia yang kental dan menjadi kontributor terbesar dengan total belanja iklan Rp 96,1 Miliar dengan jumlah spot iklan sebanyak 1.601 spot iklan, disusul oleh Gudang Garam International dengan belanja iklan mencapai Rp 53,7 Miliar. Telkomsel Sim Card berada di urutan ke-tiga yang menghabiskan total belanja iklan Rp 37.7 Miliar. Di urutan ke empat Extra Joss menggelontorkan Rp 33,9 Miliar dengan spot iklan sebanyak 615 spot iklan. Disusul dengan Supermi di urutan ke lima dengan total belanja iklan Rp 30,2 Miliar (694 spot iklan).

Selama periode Piala Dunia 2010, penonton lebih didominasi oleh Pria dan rata-rata durasi menonton setiap orang adalah 34 menit per pertandingan. Laga Argentina vs Jerman meraih angka rating tertinggi di sepanjang gelaran Piala Dunia 2010, yaitu 11,7% dan mampu meraih share 45% penonton TV walaupun tayang di prime time. Sementara partai final antara Belanda melawan Spanyol mendulang rating 6,3 % dan ditonton oleh 36,6% pemirsa TV  pada waktu itu.

Sementara itu Piala Dunia 2014 yang berlangsung di Brazil memberikan cerita yang sedikit berbeda karena bersamaan dengan bulan puasa yang berpengaruh ke kepemirsaan TV. Nielsen Ad Intel mencatat bahwa selama momen Piala Dunia 2014 dan juga Ramadhan, total belanja iklan mencapai lebih dari Rp 7 Triliun, angka yang tidak terlihat di bulan-bulan yang lain di tahun tersebut.

Namun, total belanja iklan yang dihasilkan selama tayangan Piala Dunia lebih rendah dibandingkan PD 2010, yaitu mencapai Rp 316 Miliar. Kategori Telekomunikasi dan Minuman Kesehatan masih ada dalam jajaran kategori utama yang mensponsori program tayangan Piala Dunia, dengan nilai belanja iklan masing-masing mencapai Rp 80,4 Miliar dan Rp 56,7 Miliar, namun kategori Rokok tidak lagi ada dalam jajaran sponsor utama. Telkomsel dan Extra Joss adalah produk dengan iklan terbesar dengan nilai belanja iklan Rp 39,6 Miliar dan Rp 35,9 Miliar, tidak jauh berbeda dengan yang digelontorkan di Piala Dunia 2010.

“Perbedaan waktu dengan negara penyelenggara Piala Dunia yang mempengaruhi jam tayang merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kepemirsaan TV. Selain itu, adanya momen-momen seperti bulan Ramadhan juga berpengaruh karena pemirsa TV mempunyai kebiasaan yang berbeda di bulan tersebut.” ujar Hellen Katherina, Executive Director, Head of Media Business, Nielsen Indonesia.

Dari sisi kepemirsaan, dengan jumlah tayangan pertandingan yang lebih banyak yaitu 204, durasi rata-rata penonton adalah 23 menit untuk setiap pertandingan. Hal ini juga berimbas kepada rata-rata rating yang hanya mencapai 1,6%. Laga dengan rating tertinggi adalah Argentina vs Belgia yang mencapai 6,5% dan berhasil merebut 39% penonton TV yang aktif di jam tayang tersebut.

*****

Tentang Nielsen Ad Intel

Informasi belanja iklan diambil dari data Ad Intel yang memonitor aktivitas periklanan Indonesia. Di tahun 2017, monitoring iklan mencakup 15 stasiun TV nasional, 99 surat kabar dan 120 majalah dan tabloid. Angka belanja iklan didasarkan pada gross rate card, tanpa menghitung diskon, bonus, promo, harga paket, dll.

Tentang Nielsen TV Audience Measurement

Informasi kepemirsaan TV diambil dari data TV Audience Measurement yang mencakup monitoring kepemirsaan atas semua televisi nasional terhadap lebih dari 8,000 orang berusia 5 tahun ke atas. Data kepemirsaan diperoleh dari people meter di TV rumah tangga yang menjadi panel Nielsen di 11 kota di Indonesia (Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Makassar dan Banjarmasin).

Tentang Nielsen

Nielsen N.V. (NYSE: NLSN) adalah perusahaan global yang menyediakan pemahaman komprehensif pada apa yang konsumen Tonton (Watch) dan Beli (Buy). Segmen Watch menyediakan layanan pengukuran total khalayak  di seluruh perangkat di mana isi video, audio dan pesan dikonsumsi; bagi klien media dan agensi periklanan. Segmen Buy menyediakan pandangan global mengenai pengukuran kinerja industri ritel bagi para produsen dan peritel barang konsumsi. Dengan mengintegrasikan informasi dari segmen Watch dan Buy serta sumber data lainnya, Nielsen memberikan para kliennya pengukuran kelas dunia bagi kedua segmen tersebut serta analisa yang membantu meningkatkan kinerja. Nielsen, sebuah perusahaan S&P 500, beroperasi di lebih dari 100 negara meliputi lebih dari 90 persen populasi dunia. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.nielsen.com